Tugusatu.com, MOJOKERTO– Menteri Ketenagakerjaan Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si mengungkapkan angka pengangguran 2024 di level terendah sejak era Reformasi 1998. Saat ini pengangguran terbuka sebesar 4,82%. Sedangkan saat ia awal menjabat pada 2020 mencapai 7,07%.
“Ini pengangguran terendah sejak Reformasi,” tegas Ida Fauziyah saat peluncuran SMK Asy-Syarif Mitra Industri di Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (22/6).
Ida menyatakan semua pihak patut bersyukur atas kinerja yang luar biasa ini. Di saat dunia mengalami ketidakpastian ekonomi secara global, justru Indonesia mampu bertahan.
Penempatan luar negeri meningkat pada 2023 di angka 270.000 per tahun sehingga berkontribusi menurunkan angka pengangguran.
“Alhamdulillah kita bisa bertahan di tengah tekanan ekonomi global di saat negara dunia mengalami persoalan ekonomi,” katanya.
Capaian kinerja ini mendekati angka pengangguran alamiah karena sakit dan sebab lainnya sebesar 4%.
Kendati demikian, tantangan menanggulangi pengangguran masih membentang. Sebab, masih ada 7,2 juta penganggur. Bahkan, lulusan SMA/SMK menyumbang 18% pengangguran terbuka.
Menurut Ida, persoalan itu karena ketidakmampuan input dari pendidikan vokasi terhadap kebutuhan pasar kerja sehingga terjadi mismatch.
“Fakta ini bukan soal tersedianya lapangan pekerjaan, tapi tidak tersedia tenaga kerja yang memiliki skill dan kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja,” ujarnya.
Karena itu, Ida mendorong pendidikan dan pelatihan vokasi menghasilkan tenaga kerja berkompeten sesuai kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Percepatan melalui Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
Prinsipnya melibatkan berbagai pihak berbasis kompetensi, pembelajaran sepanjang hayat dan inklusif.
Kini, Indonesia memiliki penduduk usia produktif sangat besar ketika negara-negara dunia mengalami fenomena periode aging population atau penuaan penduduk. Beberapa negara itu di antaranya Jepang, Korea Selatan dan Eropa.
Dalam kondisi ini, sejumlah negara di antaranya Asia, Timur Tengah dan Eropa membutuhkan banyak tenaga kerja. Kemenaker menekankan semua pihak mampu menangkap peluang besar ini.
“Berbagai negara sudah minta MoU (nota kesepahaman) di antaranya Austria, Qatar, Belgia, Jerman dan sejumlah negara lainnya,” ucapnya.
Repoter/Editor: Bagus Suryo