Tugusatu.com, MALANG– Kementerian Pertanian melatih jutaan petani dan penyuluh untuk mengantisipasi darurat pangan nasional di tengah ketidakpastian global. Komoditas yang menjadi prioritas adalah jagung dan beras.
“Kalau krisis energi mungkin kita masih bisa bergerak, tapi kalau krisis pangan, seluruh aktivitas terhenti. Bahkan negara pun tidak ada tanpa pangan. Sehingga, ini menjadi prioritas pemerintah saat ini,” tegas Mentan Amran dalam keterangan tertulis Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP), Ketindan di Kabupaten Malang, Rabu (5/6).
Saat ini, dunia dalam kondisi tidak menentu. Sekitar 60 negara mengalami krisis pangan dan 900 juta penduduk dunia terdampak krisis pangan. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan hal itu lantaran imbas pandemi covid-19.
Selain itu geopolitik perang Rusia-Ukraina dan perubahan iklim memperparah keadaan. Akibatnya, produksi pangan global terganggu. Sedangkan di Indonesia merasakan dampak musim kemarau berkepanjangan.
“Di Indonesia, sejak Februari tahun lalu hingga Maret tahun ini, kita mengalami fenomena alam yang disebut El Nino, kemarau yang berkepanjangan,” ujar Dedi saat membuka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 10 Tahun 2024, di BBPP Ketindan, Rabu (5/6).
Peserta pelatihan sebanyak 1.902.354 dari target sebanyak 1.800.000 orang terdiri dari petani sejumlah 1.823.948 orang, penyuluh PNS sebanyak 12.008 orang, dan penyuluh PPPK sebanyak 7.690 orang. Termasuk penyuluh THL Pusat sejumlah 474 orang, penyuluh THL Daerah sebanyak 3.184 orang, Baninsa sebanyak 48.347 orang dan insan pertanian lainnya sebanyak 6.703 orang.
Menurut Dedi, solusi mengatasi krisis pangan ialah harus swasembada. Caranya dengan melakukan perluasan tanam dan meningkatkan indeks pertanaman (IP) di lahan rawa dan lahan tadah hujan. Tujuannya agar produksi beras kembali melimpah.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
ISSN 3063-2145