Tugusatu.com, MALANG– Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) menyatakan kesiapan menyuplai susu program sarapan bergizi gratis presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.
“Koperasi harus dilibatkan, saya pikir (program sarapan bergizi gratis) bisa ditangani koperasi,” tegas Sekretaris Umum GKSI Sulistyanto, Jumat (31/5).
Sulistyanto menjelaskan kesiapan koperasi dari sisi produksi dan pengolahan. Persoalannya, peternakan sapi rakyat sedang terpuruk menyusul produksi susu merosot akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang sapi perah baru-baru ini.
Akibatnya, suplai susu segar dari peternak ke industri pengolahan susu mengalami kekurangan. Apalagi nanti menyuplai susu untuk program sarapan bergizi gratis sehingga solusinya perlu menambah populasi 65.000 ekor sapi.
Sulistyanto yang juga Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar, Pasuruan, Jatim, mengatakan suplai susu ke IPS sekitar 85-90 ton per hari. Suplai terbesar dari koperasi itu ke Indolakto.
Saat ini, lanjutnya, kondisi peternakan rakyat masih terpuruk usai wabah PMK membuat populasi sapi merosot sekitar 50.000 ekor secara nasional. Sapi bertumbangan akibat penyakit mematikan itu. Kalaupun ada sapi yang bertahan hidup, produktivitasnya menurun. Hal ini berimbas pada produksi susu ikut merosot apalagi indukan sapi yang ada sudah berusia tua atau sudah tidak produktif.
“Sapi yang terkena PMK tidak bisa dipertahankan, harus diganti. Sebab, produksi susunya hanya 4 liter dari idealnya 13-15 liter per ekor per hari. Jelas peternak rugi,” katanya.
Namun, ada peternak memilih bertahan dengan sapi yang ada. Risikonya, mereka harus mengeluarkan uang lebih besar untuk pakan dan nutrisi.
“Pemulihan pasca-PMK itu kuncinya di pakan dan nutrisi. Persoalannya, harga pakan mahal, padahal sapi membutuhkan pakan dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya,” ujarnya.
Di sisi lain, peternak sapi rakyat belum pulih di tengah populasi sapi yang semakin menurun. Mereka bertahan meski saban hari menanggung kerugian.
Karena itu, GKSI mendesak pemerintah dan industri pengolahan susu turut memberikan dukungan pada peternak. Caranya, peternak disubsidi pakan dan nutrisi. Selain itu, harga susu dinaikkan sehingga peternak cepat bangkit dari keterpurukan imbas PMK.
“Kami mengajukan ke industri pengolahan susu agar memberikan reward berupa kenaikan harga susu. Harga susu sekarang Rp8.300 per liter dari koperasi ke pabrik. Harga susu di peternak Rp7.000-Rp7.500 per liter,” tuturnya.
Sulistyanto mengungkapkan produksi susu di peternakan sapi rakyat di Jatim sedang merosot akibat PMK. Semula 1.300 ton per hari sebelum wabah PMK menjadi 850 ton per hari dengan total populasi sapi sebanyak 282.364 ekor.
Begitu juga produksi susu di Jabar merosot dari 500 ton per hari menjadi 310 ton per hari dari populasi 110.005 ekor sapi. Hal sama dialami Jateng, produksi susu anjlok dari 200 ton per hari menjadi 90 ton per hari dengan populasi sapi 101.288 ekor.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
ISSN 3063-2145